Jumat, 24 Februari 2012

Evaluasi Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Sebagai guru SD Anda merasa bahagia apabila semua murid yang dididik sehat jasmaninya dan dapat belajar dengan gembira serta mudah menyerap materi pelajaran secara maksimal. Kesegaran jasmani merupakan tujuan utama dari Pendidikan Jasmani di sekolah. Dengan kesegaran jasmani yang prima bagi seorang murid maka akan dapat melakukan semua kegiatan yang dibebankan kepadanya. Untuk mengetahui tentang kesegaran jasmani murid, maka guru perlu melakukan suatu  kegiatan  evaluasi atau  penilaian  tentang kegiatan Pendidikan Jasmani yang diajarkannya. Di samping untuk melakukan kegiatan penilaian terhadap kesegaran jasmani murid, guru dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesegaran di sekolah, guru juga melakukan kegiatan penilaian antara lain:

Antrophometri
Antropometri adalah kegiatan mengukur postur tubuh murid yang berkaitan dengan: tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, Panjang togok, lingkar dada, lengan, paha dan sebagainya. Dengan melakukan  pengukuran terhadap antropometri murid, maka guru akan dapat mengetahui perkembangan dan pertumbuhan muridnya selama menjadi murid di sekolah tersebut. Selain itu, guru dapat pula mengetahui tentang tipe muridnya seperti: kurus (astenis), gemuk (piknis), dan berotot (atletis), kegiatan-kegiatan jasmani sesuai dengan tipe muridnya, terutama dalam memberi beban tugas.


A.    Kemampuan Gerak pada Umumnya
Penilaian terhadap kemampuan gerak umum dari murid tersebut dengan tujuan menilai terhadap kemampuan berolahraga yang berkaitan dengan tes mengukur terhadap kemampuan mudah atau tidaknya seseorang mempelajari atau  menerima keterampilan gerak dasar teknis olahraga (motor educability). Di samping itu juga tes tentang motor ability yaitu tes berkaitan dengan kemampuan melakukan gerak dasar cabang olahraga.
Tes  kemampuan gerak tersebut mempunyai serangkaian bentuk tes item yang terdiri dari: lari – lompat - push up - pull up - sit up dan sebagainya. Hal ini tergantung pada maksud dan tujuan dari tes yang diharapkan. Sebagai contoh serangkaian item tes yang dapat dilaksanakan untuk murid SD adalah:

Lari 50 m                                                         Lari jalan 800 m
Push up dalam 30 detik                                  Sit up dalam 30 detik
Lari mondar-mandir  4 x 10 m
Item tes ini dapat dilaksanakan 2 hari atau sehari tergantung pada kondisi fisik para muridnya. Hal yang penting bahwa murid-murid tersebut melakukannya sesuai kemampuan diri sendiri tanpa ada paksaan. Hasil tes harus dicatat oleh guru sehingga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap awal tes dengan hasil tes berikutnya. Hasil tersebut perlu diberitahukan kepada para murid agar mereka dapat mengetahui tentang perubahan yang telah dicapainya dari hasil latihan selama pelajaran Penjaskes. Pemberitahuan tersebut dapat ditulis besar seperti pengumuman di papan pengumuman. Bilamana guru memiliki penilaian normatif seperti penilaian dari ACPFT (Asian Children Physical Fitness Test) sebaiknya digunakan norma penilaian tersebut, bilamana tidak ada, maka digunakan Nilai Acuan Patokan Prosentase dari hasil rata-rata keseluruhan hasil yang telah dilakukan oleh para muridnya.
2.      Mengukur Kemampuan Otot
Pengukuran terhadap kemampuan otot ini tidak semua dapat digunakan untuk murid-murid SD, khususnya untuk kelas I sampai dengan kelas IV, mungkin untuk kelas V dan VI, mengingat bahwa Penjaskes SD lebih banyak bersifat bermain gembira serta sehat, maka untuk melakukan tes kemampuan otot ini merupakan pengetahuan yang perlu dimiliki oleh seorang Guru SD, agar dapat digunakan oleh guru tersebut, bilamana terjun di masyarakat atau diminta untuk mengajar di SLTP.
Jenis tes untuk kemampuan otot sebagai berikut:
1.      Tes kekuatan otot
Tes kekuatan otot ini digunakan alat ukur yang disebut dynamometer. Otot yang diukur antara lain kekuatan peras dari tangan, kekuatan otot punggung, kekuatan otot tungkai atau otot lengan dan sebagainya.
2.      Tes daya ledak otot
Daya ledak otot atau explosive power merupakan tenaga untuk memindahkan tubuh dalam waktu tertentu, misalnya melompat (dengan awalan satu kaki), meloncat (dengan awalan dua kaki), melempar, memukul dan sebagainya.
Contoh tes kamampuan daya ledak otot sebagai berikut:
Lompat tegak
a.       Alat yang diperlukan:
1)      Papan berskala yang ditempel di dinding
2)      Penghapus papan tulis
3)      Serbuk kapur
4)      Alat tulis
b.      Pelaksanaan:
a)      Papan berskala di tempel di dinding setinggi jangkauan murid-murid
b)      Peserta berdiri menyamping dinding dibawah papan skala
c)      Tangan peserta diolesi kapur khususnya pada ujung jarinya
d)     Peserta meraihkan tangannya lurus ke atas setinggi-tingginya menempel ke papan skala, sehingga bekas tempelan tangan tertera di papan skala. Selanjutnya dicatat seberapa jangkauan tersebut.
e)      Kemudian peserta melakukan ancang-ancang untuk melompat ke atas tegak lurus, selanjutnya peserta melakukan lompatan ke atas setinggi-tingginya sambil meraih tangan yang dioles kapur tersebut menyentuh papan skala, sehingga berbekas di papan skala dan dapat dibaca oleh guru dan dicatat.
f)       Selanjutnya dihitung selisih antara jangkauan tangan dengan hasil raihan tangan dengan lompat tegak tersebut. Selisih inilah merupakan kemampuan daya ledak otot tungkai.

3.      Tes daya tahan
Tes daya tahan ini berkaitan dengan jantung dan paru-paru. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tentang daya tahan atau kemampuan kerja fisik seseorang, dengan cara: jalan cepat atau lari dalam jarak tertentu sesuai dengan standar penilaian yang telah ditetapkan seperti yang diciptakan oleh Kenneth H. Cooper yaitu tes aerobik. Memang untuk tes aerobik dari Cooper ini digunakan untuk usia 13 tahun  ke atas. Tetapi tidak ada salahnya untuk digunakan bagi murid SD, meskipun penilaiannya tidak menggunakan norma Cooper, tetapi menggunakan Norma Patokan Prosentase yang dicapai oleh semua murid yang melakukan tes daya tahan tersebut. Untuk mengetahui kemampuan kerja fisik seorang orang dilakukan tes atau mengukur waktu tempuh dua macam yaitu:
a.      Tes jalan cepat 4.800 m
1)      Sarana dan prasarana:
a)      Lintasan jalan datar dengan jarak 4800 m
b)      Stopwatch
2)      Pelaksanaannya:
a)         Sebaiknya dilaksanakan pagi hari sebelum jam 10.00
b)      Peserta harus berjalan cepat, tetapi tidak boleh lari
c)      Peserta tidak diperkenankan berhenti atau istirahat untuk makan atau minum
d)     Peserta memakai nomor start di dada dan punggungnya
e)      Rombongan peserta diberangkatkan bersama-sama dari belakang garis start
f)       Peserta berjalan cepat menuju ke garis finish dan setiap peserta yang masuk ke garis finish dicatat waktu tempuhnya oleh petugas yang telah ditunjuk.
Hasil klarifikasi kesegaran jasmani dari seseorang dicocokkan dengan tabel seperti yang tercantum berikut ini, sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Bilamana tidak dapat menyelesaikan tes tersebut, berarti tes dinyatakan gagal dan diulangi bila yang bersangkutan telah mampu untuk melaksanakan.
Keterangan:
>    : lebih besar dari
<    : kurang dari
Thn            : tahun
Mnt: menit
Dtk            : detik
Tes dilakukan dengan jalan cepat (tidak boleh lari).

b.      Tes lari 1.600 m
1)      Sarana dan prasarana:
a)      Lintasan jalan datar dengan jarak 1.600 m
b)      Stopwatch
c)      Alat tulis menulis
d)     Nomor start
2)      Pelaksanaan:
a)      Sebaiknya tes dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00
b)      Peserta dianjurkan lari secepat mungkin sesuai kemampuannya
c)      Peserta tidak boleh istirahat untuk makan dan minum selama pelaksanaan tes.
d)     Pemberangkatan dilakukan dengan start masal dari belakang garis start
e)      Setiap peserta mengenakan nomor start di dada dan punggungnya.
Norma Penilaian Tes Lari 1,6 Km
Keterangan:
>   : lebih besar dari
<   : kurang dari
Thn : tahun
Mnt : menit
Dtk  : detik

Hasil yang dicapai oleh setiap peserta dicatat oleh pencatat waktu adalah sebagai hasil kemampuan daya tahan peserta yang dicocokkan dengan tabel norma penilaian seperti yang tercantum berikut ini, sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Bilamana seorang murid tidak sampai ke garis finish, berarti tes tersebut gagal. Namun demikian guru perlu memberikan motivasi untuk berlatih lagi agar dia dapat mencapai garis finish. Hal yang terpenting dalam kegiatan tes daya tahan ini dapat digunakan sebagai alat bagi guru untuk memberikan motivasi kepada para murid SD melakukan kegiatan lari, meskipun santai, lama kelamaan dapat dianjurkan untuk lebih mempercepat waktu tempuhnya.

4.      Tes kecepatan
Kekuatan otot erat hubungan dengan kecepatan, karena dengan kekuatan otot yang sudah siap, damak dapat melakukan kontraksi secara cepat dan melakukan kerja cepat. Unsur kecepatan otot ini sangat dibutuhkan oleh setiap cabang olahraga, karena kecepatan otot tersebut dapat menentukan kemenangan.
Jenis tes yang digunakan  untuk kecepatan ini antara lain:
a.       Lari cepat dari jarak 40 m sampai 100 m sesuai dengan usia anak
b.      Kecepatan memukul bola atau smash
c.       Kecepatan melempar bola
Hasilnya dengan waktu tempuh dari gerakan awal sampai pada akhir gerakan.

5.      Tes kelentukan otot
Sebagai salah satu dasar kecakapan gerak motorik adalah fleksibilitas atau kelentukan. Gerak ini dilakukan oleh murid dengan gerak maksimal yaitu  rentangan dari persendian secara maksimal. Fleksibilitas ini dapat diukur dengan mengukur rentangan atau kemampuan jangkauan dari persendian dengan menggunakan ukuran yang mungkin dapat dibuat sendiri. Misalnya untuk mengukur kelentukan punggung yaitu dengan membungkuk maksimal tanpa menekuk lutut. Kemampuan melakukan “splits” (kangkang) sampai rata dengan lantai. Jarak yang diukur adalah kemampuan maksimal gerak membungkuk dan jarak splits dari lantai.

6.      Tes keseimbangan
Keseimbangan ini merupakan aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari mengingat bahwa keseimbangan tersebut mengatur kita berjalan, tegak berdiri tanpa jatuh serta menentukan arah tujuan gerak yang kita lakukan. Keseimbangan dalam olahraga merupakan dasar dari gerak performance dan kemampuan melakukan gerak (motor ability). Hal ini yang mengatur tentang kelincahan gerak seorang atlet dan gerak koordinasi pada setiap gerak dari cabang olahraga. Untuk mengetahui tentang kemampuan keseimbangan seseorang murid dilakukan tes meniti pada balok titian mulai dari yang lebar penampangnya sampai pada yang paling kecil tanpa jatuh dan waktu tertentu. Terutama untuk gerak dalam olahraga senam sangat banyak dibutuhkan kemampuan keseimbangan dari murid untuk dapat melakukan keterampilan dalam senam.


7.      Tes koordinasi
Untuk melakukan gerakan-gerakan yang rumit diperlukan koordinasi. Jadi koordinasi merupakan unsur gerak yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk melakukan gerakan cabang olahraga. Lebih rumit suatu gerakan, lebih sulit bagi seseorang menggunakan koordinasi dalam otak pengendaliannya. Untuk mengetahui tentang kemampuan koordinasi gerak dari setiap murid, diberikan tes gerak meniru yang diberikan oleh guru, atau gerak mengubah arah dengan cepat dan squart thrust (gerak kombinasi) berdiri jongkok lempar kedua kaki ke belakang – jongkok – berdiri.

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Proses belajar-mengajar merupakan rangkaian kegiatan mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan evaluasi serta  menyelenggarakan tindak lanjut dalam kegiatan belajar-mengajar. Keberhasilan guru Pendidikan Jasmani dalam tugas mengajar, dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh para muridnya. Untuk mengetahui hasil yang dicapai tersebut, guru perlu melakukan suatu kegiatan evaluasi terhadap kegiatan belajar siswa.  Evaluasi merupakan kegiatan pembelajaran yang meliputi evaluasi  proses dan hasil belajar.  Hasil kegiatan evaluasi tersebut akan memberikan gambaran kepada guru dalam menyususn program berikutnya.  Gambaran tersebut dapat bersifat baik atau sebaliknya, dengan demikian akan memberi kesempatan kepada guru untuk melakukan program perbaikan (remidial) atau pengayaan.
            Setelah selesai mempelajari bahan ajar ini, diharapkan Anda  dapat :
  1. Mendefinisikan pengertian evaluasi Pendidikan Jasmani
  2. Menjelaskan  tujuan dan fungsi Evaluasi Pendidikan Jasmani
  3. Mendeskripsikan prinsip-prinsip Evaluasi
  4. Mendeskripsikan Standar evalauasi Pendidikan Jasmani.

A.    Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses mendapatkan  informasi dan memergunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat suatu keputusan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pengukuran dan tes. Evaluasi merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap guru, mempunyai arti yang sangat besar bagi keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran guru dengan siswa.  Dalam modul ini akan dipaparkan beberapa pendapat  tentang evaluasi atau penilaian.  Evaluasi berasal dari kata ”evalution” (Inggris) yang berarti menilai. Menilai lebih dalam maknanya daripada mengukur. Dengan mengukur kita akan mendapatkan gambaran sesuatu yang diukur secara kuantitatif (jumlah), misal menimbang berat badan si Amin 45 kg, Syarifah Aminah 40 kg; dan tinggi badan Badrun  155 cm, Budiasih (152 cm). Angka-angka tersebut menunjukan data pengukuran yakni kuantitatif atau angka-angka.
Suatu proses pengamatan-pengukuran yang berkelanjutan sampai murid berhenti belajar. Proses penilaian tidak akan berhenti selama siswa  berhenti belajar, sehingga pemecahan kesulitan belajar siswa tidak terlambat ditangani dan dia selalu dinyatakan sehat  untuk belajar sampai kepada penilaian akhir belajar.
Tugas guru di samping mendidik dan mengajar adalah membuat penilaian terhadap siswa atas bahan-bahan yang telah diajarkan.  Pelaksanaannya dengan jalan memberikan ulangan terhadap murid-muridnya. Penilaian merupakan suatu usaha  atau suatu proses untuk mengukur atau memandingkan sesuatu dalam rangka mengetahui baik tidaknya atau memadai tidaknya dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang sudah dipersiapkan serta ditetapkan menggunakan ukuran-ukuran tertentu yang sudah dipersiapkan yang sudah disiapkan serta ditetapkan terlebih dahulu.
Dengan memperhatikan arti evaluasi yang digambarkan di atas, evaluasi mempunyai arti sebagai berikut:


 

Usaha guru untuk mengetahui atau perbandingan guna mendapatkan gambaran tentang tujuan atau target terhadap penguasaan bahan ajaran  yang telah dicapai oleh murid sebagai peserta didik.  Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara ulangan atau ujian. Pelaksanaannya secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh, dalam bentuk kuantitatif (jumlah) maupun kualitatif (mutu) sesuai dengan ukuran tertentu.

B.     Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat memberikan gambaran tentang hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan gambaran tersebut, guru sebagai perencana program dan pelaksana program pembelajaran dan melakukan evaluasi, akan dapat mengambil keputusan untuk menentukan tindakan apa yang paling tepat guna memperbaiki proses pembelajaran atau tugasnya sebagai pendidik (guru).
Tujuan evaluasi tidak terlepas dari fungsi evaluasi, maka guru dalam mengambil keputusan tidak terlepas  pula dari  fungsi evaluasi, yaitu:
  1. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajarannya serta dapat menempatkan anak didik sesuai dengan kemampuannya.
  2. Memberikan umpan balik kepada murid untuk dapat memperbaiki cara belajarnya, sehingga akan dapat meningkatkan kemampuan dalam menyerap bahan ajaran semaksimal mungkin.
  3. Memberikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan kemampuan anaknya dalam kegiatan belajarnya, sehingga dapat memberikan bantuan atau dorongan untuk belajar lebih baik lagi di rumahnya.
  4. Bahan masukan bagi Kepala sekolah/Pengawas yang diperlukan, sehingga dapat memberikan pembinaan pembelajaran lebih lanjut.

C.    Manfaat Evaluasi Pendidikan Jasmani
Kegiatan evaluasi memiliki manfaat sebagai berikut:
  1. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui  letak kelemahan dimana potensi anak-didik itu berbeda
  2. Evaluasi  untuk mengadakan seleksi
  3. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan-kelemahan peserta didik
  4. Evaluasi untuk mengetahui apa yang telah  dicapai dalam pelajaran olahraga
  5. Evaluasi untuk memberi bantuan dalam pengelompokan peserta didik untuk tujuan-tujuan tertentu.
  6. Evalauasi dapat memberikan dorongan atau motivasi bagi peserta didik dalam berolahraga.
  7. Evaluasi dapat memberikan  bantuan dalam bimbingan kearah pemilihan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik
  8. Evaluasi memberikan data bukti untuk dilaporkan  kepada orang tua  dan masyarakat , yaitu pihak-pihak yang memerlukan  keterangan-keterangan  tentang seseorang anak-didik
  9. Evaluasi dapat memberikan data untuk keperluan penelitian atau risert.

Pentingnya evaluasi untuk memantau kemajuan dan pencapaian  tujuan belajar, sekarang ini  sudah cukup disadari oleh para guru Pendidikan Jasmani. Hal ini paling tidak dapat dilihat  dari penetapan nilai pelajaran Pendidikan Jasmani  dalam setiap laporan. Namun demikian, pentingnya evaluasi  tidak hanya terbatas pada penetapan  nilai, akan tetapi juga  dilihat dari sisi manfaatnya.
Dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani, fungsi evaluasi terdiri dari (1) fungsi Formatif, (2) fungsi Sumatif, (3) fungsi Penempatan, dan (4) fungsi Diagnostik Evaluasi.

  1. Fungsi Formatif
Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki secara langsung hasil belajar siswa dan kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan demikian  kelemahan dan kekuatannya yang telah terjadi dapat segera diketahui dan di perbaiki.
Kelemahan  akan segera dapat diperbaiki oleh guru dan murid akan langsung dapat mengetahui  situasi dan kondisinya sendiri, sehingga murid akan berusaha memperbaiki sendiri atau dengan bantuan teman atau guru. Kekuatan dari hasil evaluasi tersebut akan  memberikan guru mengambil langkah untuk memberikan pengayaan materi ajaran atau melanjutkan materi berikutnya. Kegiatan evaluasi formatif ini dilakukan secara terus-menerus, sehingga dapat tercapai belajar tuntas yaitu  75 - 85 % bahan ajar dapat dikuasai secara maksimal oleh seluruh siswa.

  1. Fungsi Sumatif
Evaluasi ini untuk menentukan tingkat keberhasilan murid dalam belajarnya. Evaluasi ini sering dilakukan oleh para guru, dengan melalui berbagai instrumen evaluasi berupa pengamatan dan tes;  baik lisan maupun tertulis selanjutnya digunakan untuk mengukur  kemampuan murid setelah belajar beberapa kompetensi dasar. Hal ini sering digunakan untuk menentukan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Apa yang telah dicapai oleh murid tersebut diberikan penghargaan dalam bentuk angka (kuantitatif) yang dicantumkan dalam raport untuk kenaikan kelas. Kemampuan murid tersebut yang dilakukan beberapa kali tes, yang selanjutnya digabungkan kemudian dibagi untuk menentukan angka yang didapatkan oleh murid tersebut dengan prosedur penentuan angka yang telah ditetapkan. Hal ini sudah tentu dapat memberikan informasi kepada orang tua murid tentang kemampuan anaknya tersebut selama belajar, sehingga dapat diharapkan bantuan orang tua untuk mendorong anaknya lebih giat belajar di rumah.

  1. Fungsi Penempatan
Fungsi penempatan ini bermaksud untuk mengelompokkan murid sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, selanjutnya murid-murid tersebut akan ditempatkan pada posisi dengan kategori tertentu. Sebagai contoh pada tes awal pada suatu kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu, guru melakukan pengelompokan terhadap murid-muridnya sesuai dengan hasil tes awalnya, dengan kategori: baik, sedang dan kurang. Dengan demikian guru dapat membuat rencana pembelajaran bagi setiap kelompok muridnya sesuai dengan kemampuan tiap kelompoknya. Para murid tersebut dapat mengikuti pembelajaran sebaik-baiknya serta penyerapan bahan ajaran secara maksimal.

  1. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik seperti ini sama halnya sebagai fungsi evaluasi formatif untuk mengetahui kelemahan-kelemahan para murid dalam menghadapi mata pelajaran. Tetapi ada perbedaannya dalam kelemahan tersebut, jika fungsi evaluasi formatif kelemahannya hanya sementara sifatnya. Untuk fungsi evaluasi diagnostik bersifat permanen seperti kemampuan kejiwaan, sehingga perlu ditangani oleh guru Pendidikan Jasmani secara cermat dan hati-hati.  Murid-murid tersebut mungkin memiliki kelemahan terhadap takut melakukan: renang, senam (seperti roll kedepan). Untuk itu guru Penjaskes di sekolah perlu mengetahui cara mengatasi tanpa paksaan terhadap murid tersebut. Maka kesabaran perlu ditingkatkan agar murid tidak lebih trauma (takut) lagi dalam menghadapi pelajaran renang atau senam tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru Penjaskes tersebut, maka murid tidak akan berani dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Skema proses pembelajaran posisi unsur evaluasi dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa sesudah pelaksanaannya ada suatu kegiatan analisis hasil, selanjutnya kembali ke perencanaan pembelajaran serta pelaksanaannya untuk memperbaiki kelemahan yang diketahui oleh guru yang bersangkutan.


 

RENCANA
           PEMBELAJARAN PENJASKES

    
 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
          PENJASKES


 

        PROGRAM                                                             
           EVALUASI


 



          ANALISIS HASIL EVALUASI

Gambar 9. 1. Alur evaluasi dalam fungsi pembelajaran Pendidikan Jasmani
Di samping fungsi evaluasi dalam kegiatan pembelajaran, sasaran dari penilaian meliputi kegiatan Intra Kurikuler dan kegiatan Ekstra Kurikuler.
Kegiatan Intra Kurikuler yang dilakukan di sekolah dengan penjatahan waktu yang terstruktur dalam program atau jadwal pelajaran. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan ini untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dengan kegiatan tatap muka secara individual dan klasikal. Kegiatan perbaikan dan pengayaan dilaksanakan dalam kegiatan Intra Kurikuler.
Kegiatan Ekstra Kurikuler yang dilakukan pada kegiatan di luar jam pelajaran atau Ekstra Kurikuler, maksud dan tujuan dari evaluasi Ekstra Kurikuler untuk mengetahui tentang (i) minat dan bakat murid, (ii) inisiatif dan kreativitas murid, (iii) penunjang tercapainya tujuan instruksional, (iv) pengembangan murid dalam ilmu pengetahuan yang diterima pada Intra Kurikuler, dan (v) pembinaan diri untuk menjadi manusia seutuhnya (tanggung jawab, disiplin, dan semangat bela Negara).

D.    Prinsip-Prinsip Evaluasi
Sebagai seorang guru untuk melakukan evaluasi atau menilai muridnya perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1.      Objektif
Setiap guru untuk menilai muridnya harus bersifat objektif tanpa dipengaruhi oleh pribadinya. Apa yang dinilai oleh guru tersebut tidak membedakan murid yang satu dengan murid lainnya,  yang disenangi atau tidak disenangi sehingga nilai yang dihasilkan oleh para murid tersebut betul-betul merupakan hasil yang didapatkan oleh murid sendiri yang sebenarnya.

2.    Reliabel
Dalam menilai murid dengan instrumen penilai dapat dipercaya dan diandalkan, instrumen penilaian tersebut, dilaksanakan dengan sistimatis dan kriteria yang jelas keberhasilannya serta dapat dilaksanakan oleh siapa saja.

3.    Menyeluruh
penilaian ini bersifat menyeluruh yang meliputi aspek proses pembelajaran dan keberhasilannya sehingga terlihat perubahan tingkah laku murid. Dengan demikian penilaian yang bersifat menyeluruh tersebut meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan terhadap nilai yang berlaku di masyarakat.

4.    Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terencana bertahap, dan terus-menerus. Dengan demikian akan mendapatkan gambaran tentang hasil dari pembelajaran berupa perubahan tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan.

  1. Mendidik
Dalam menilai murid guru harus bersifat mendidik, artinya bahwa guru menilai murid dapat memberikan dorongan untuk meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan minat, dan prestasi belajar serta berpengaruh pada kemampuan murid untuk maju. Setiap hasil yang dicapai oleh murid harus mendapatkan nilai yang sesuai dengan prestasinya, hal ini sebagai penghargaan pada prestasi yang telah dicapai dengan baik. Bagi murid-murid yang tidak mencapai prestasi yang ditetapkan akan mendapatkan bimbingan. Hal ini akan memberi motivasi pada murid untuk lebih giat belajar.