Kamis, 23 Februari 2012

Pendidikan Kesehatan Di Sekolah Dasar

Usaha kesehatan melalui sekolah-sekolah adalah salah satu langkah yang lebih efektif dibandingkan dengan beberapa usaha lainnya. Hal tersebut dimungkinkan mengingat bahwa masyarakat sekolah mempunyai prosentase yang tinggi, peka terhadap pendidikan pada umumnya, usia yang mudah dibimbing dan dibina sehingga dapat menyebarkan modernisasi (agent of change).
Kesehatan akan tercapai bila berbagai perubahan ke arah positif dari \pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku dari individu yang bersangkutan. Kesehatan sekolah memusatkan usahanya kepada individu atau kelompok individu selama waktu tertentu dalam hidupnya, yaitu kehidupan sekolah.
Mengingat pertumbuhan, perkembangan, keadaan lingkungan dan kesehatan anak saling berkaitan, maka agar berfungsi dengan baik, perlu disusun program kesehatan sekolah untuk menangani berbagai hal yang dapat mengganggu kesehatan anak didik.
Bila kita perhatikan materi yang termuat dalam dalam GBPP Penjaskes 1994 untuk Sekolah Dasar (SD) dari kelas I s/d kelas III adalah penanaman kebiasaan hidup sehat, yang dimulai dari pengenalan kebersihan pribadi, kebersihan makanan dan minuman, kebersihan lingkungan, sampai mampu melaksanakan. Pada kelas IV s/d VI mampu melaksanakan pencegahan terhadap penyakit menular, melaksanakan program UKS, serta melaksanakan pertolongan pertama terhadap penyakit secara sederhana.
Untuk dapat berhasil dengan baik, yaitu meningkatkan pengetahuan anak didik, memupuk mental yang baik, meningkatkan keterampilan dan meningkatkan perilaku sehat di kalangan anak didik, maka penyusunan program kesehatan sekolah harus dilakukan oleh setiap sekolah dengan pedoman pada Garis-Garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Jasamani dan Kesehatan tahun 1994, yang disesuaikan dengan keadaan, perkembangan, kebutuhan murid, dan sarana serta prasarana pendukung yang tersedia.
Tugas seorang guru pendidikan kesehatan adalah merubah dan meningkatkan pengetahuan, sikap mental, perilaku dan keterampilan anak didik ke arah yang positif.
Keberhasilan tugas tersebut akan terwujud apabila guru:
1.      Memiliki gambaran dan pengertian yang jelas dan luas tentang program kesehatan sekolah yang akan diajarkan kepada anak didik.
2.      Menguasai didaktik dan metodik dari setiap masalah yang akan diajarkan dan dapat menyampaikannya dengan menarik.
3.      Memahami kebutuhan anak didik sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
4.      Mempunyai hubungan baik dan penuh pengertian dengan anak didik.
5.      Memiliki keyakinan bahwa yang diajarkan adalah benar, dan selalu menjadikan dirinya sebagai contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan hidup sehat.
6.      Selalu berupaya untuk menambah dan meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan, dengan jalan belajar dan membaca, serta mengikuti kursus atau penataran yang diadakan oleh pemerintah atau swasta.

            Sebelum mempelajari modul ini, Anda terlebih dahulu harus memahami tentang Pendidikan Kesehatan.

Tujuan yang akan dicapai dalam modul ini adalah:
1.      Merencanakan Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
2.      Melaksanakan Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
3.      Mengadakan Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
Setelah Anda mempelajari Modul ini, diharapkan dapat mengelola Pembelajaran Pendidikan kesehatan di Sekolah Dasar dengan benar, sesuai dengan tugas Anda sebagai guru Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
Bacalah setiap pokok bahasan (Kegiatan Belajar), dengan memahami uraian dan contoh-contoh. Bila menemukan kata sulit atau yang tidak dapat dipahami, carilah pada daftar kata-kata sulit atau kamus.


Pengelolaan Pembelajaran Kesehatan
            Seperti kita pahami bahwa tugas utama guru adalah mendidik dan membelajarkan siswa untuk belajar  mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum atau silabus yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran. 
Persoalan berikut adalah bagaimana melaksana kan nya di dalam pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan tercapai. Pengelolaan pembelajaran  dapat diartikan segala tindakan dan upaya yang harus guru jalankan, penataan atau pengaturan apa yang harus guru lakukan, dan bagaimana melaksanakannya agar tujuan belajar dan pembelajaran dapat tercapai. Dalam  proses pembelajaran yang menjadi persoalan  pokok ialah bagaimana memilih dan menggunakan strategi pemebelajaran. Strategi pembelajaran menentukan jenis interaksi di dalam proses pengelolaan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, mengaktifkan siswa terlibat dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. 
A.    Proses Pembelajaran
Belajar adalah proses mental dan emosional atau aktivitas  pikiran dan perasaan. Hasil belajar berupa tingkah laku, baik menyangkut  kognitif, afektif maupun psikomotor. Belajar terjadi di dalam interaksi baik lingkungan fisik  maupun lingkungan sosial. Pembelajaran adalah  proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang merupakan sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan ajar, startegi, media, alat, siswa dan guru.  Belajar diartikan upaya membangun pengetahuan melalui pengalaman, aktivitas  kolaborasi, refleksi dan pemahaman terhadap hal yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan seorang guru mempunyai kewajiban membelajarkan siswa, menciptakan situasi dan kondisi untuk memudahkan siswa belajar, dan mengemban tugas sebagai guru dengan penuh tanggungjawab dan profesional. Dalam kenyataan yang ada, sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran kesehatan di sekolah masih didominasi oleh guru dalam bentuk klasikal dengan metode ceramah. Hal tersebut kemungkinan akibat dari berbagai masalah antara lain:
1.      Guru tidak tahu dan tidak berminat membuat program terpadu antara kegiatan tatap muka terjadwal, latihan-latihan maupun tugas-tugas.
2.      Guru sudah membuat program terpadu, tetapi fasilitas sarana penunjang kurang memadai atau tidak ada, misalnya: (i) Perpustakaan, (ii) Laboratorium, (iii) Ruang UKS,  (iv) dan lain-lain.
3.      Fasilitas tersedia, tetapi tidak dirancang untuk menunjang kegiatan belajar – mengajar  secara terpadu, artinya antara fasilitas dan program pengajaran tidak sejalan.
Agar tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dapat tercapai, maka perlu diusahakan pemecahan masalah tersebut yaitu:
1.      Program pembelajaran hendaknya berpijak pada sistem instruksional. Artinya guru dalam merancang pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut:
a.       Perhatian awal akan diarahkan pada tujuan pembelajaran, terlebih dahulu guru akan merumuskan arah yang dituju sebelum menetapkan bagaimana cara mencapai tujuan.
b.      Guru akan mengumpulkan data dan menganalisis data yang berhubungan dengan anak didik dengan cara tes awal, dengan tanya jawab langsung, dan sebagainya.
c.       Atas dasar kesimpulan yang diperoleh, guru akan menjabarkan bahan pengajaran tersebut dalam serangkaian sasaran yang sistematis.
2.      Fasilitas sarana penunjang kegiatan akademik hendaknya dibuat sesuai dengan kebutuhan program pembelajaran kesehatan.
3.      Memanfaatkan fasilitas sarana penunjang akademik semaksimal mungkin.
4.      Guru tidak harus mendominasi kelas sepenuhnya.
B.     Metode Penyampaian Materi
Tidak ada satu metode yang dikatakan paling baik untuk penyampaian suatu materi. Seorang guru akan menggunakan beberapa metode dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sesuai dengan tahap – tahap belajar keterampilan, perkembangan dan pertumbuhan serta kondisi sarana dan prasarana yang ada. Metode penyampaian materi ajar seperti berikut:
1.      Metode diskusi
Melalui metode diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengamati, mengklarifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasikan dan menarik kesimpulan. Kegunaannya untuk mendapatkan bahan-bahan pelajaran yang didapatkan dari tukar pendapat.
2.      Metode Tanya jawab
Melalui metode ini, dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasikan, mengklarifikasi, menarik kesimpulan, menerapkan  dan kemampuan berpendapat. Gunanya, agar dapat bertanya jawab langsung antara guru dan peserta didik.
3.      Metode sosiodrama
Melalui metode sosiodrama dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasikan, menerapkan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Gunanya adalah agar para peserta didik agar peserta dapat berperan sesuatu yang sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga peserta didik akan terampil mendramatisasikan atau mengekspresikan sesuatu yang dihayatinya.
4.      Metode Pemberian Tugas
Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah disiapkan oleh guru yang bersangkutan. Hal tersebut dapat dilakukan  dengan pemberian tugas kepada siswa dengan menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh guru sendiri.


5.      Metode karya wisata
Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan mengamati, menghitung, mengukur, mengklarifikasi, meneliti, dan membuat suatu model. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan langsung suatu objek yang kemungkinan tidak banyak didapatkan. Peserta didik juga akan mendapatkan pengalaman secara langsung, sehingga makin tertarik kepada pelajaran yang disajikan.

C.    Strategi Pembelajaran
Strategi adalah suatu pola pembelajaran dari suatu proses belajar – mengajar. Pola pembelajaran yang biasa diterapkan adalah Cara belajar Siswa Aktif (CBSA), pola pembelajaran ini melibatkan guru dan siswa sama-sama aktif. Pola pembelajaran ini memiliki kelebihan – kelebihan, mengingat bahwa siswa berpotesi untuk berpikir sendiri.
Potensi tersebut hanya dapat diwujudkan bila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri atau membangun pengetahuannya sendiri. Oleh sebab itu, sebaiknya tidak ada anggapan lagi bahwa seorang guru adalah seorang yang paling tahu yang siap untuk memberikan kebijaksanaan, tetapi guru adalah:
1.      Sebagai katalisator terjadinya proses belajar siswa.
2.      Sebagai “siswa” yang juga secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri, sehingga menjadi katalisator yang semakin meningkat kemampuannya.

Seorang guru dikatakan kompeten, apabila:
1.      Memiliki wawasan yang luas tentang materi yang akan disampaikan, sehingga dapat menyampaikannya dengan baik dan menarik.
2.      Memiliki kriteria yang dapat digunakan untuk memilih cara – cara yang tepat dalam penyampaian pengalaman belajar – mengajar.
3.      Memiliki keterampilan dalam penyampaian materi.
4.      Memiliki kepribadian yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar