Usaha
kesehatan melalui sekolah-sekolah adalah salah satu langkah yang lebih efektif
dibandingkan dengan beberapa usaha lainnya. Hal tersebut dimungkinkan mengingat
bahwa masyarakat sekolah mempunyai prosentase yang tinggi, peka terhadap
pendidikan pada umumnya, usia yang mudah dibimbing dan dibina sehingga dapat
menyebarkan modernisasi (agent of change).
Kesehatan akan tercapai bila berbagai perubahan ke arah
positif dari \pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku dari individu yang
bersangkutan. Kesehatan sekolah memusatkan usahanya kepada individu atau
kelompok individu selama waktu tertentu dalam hidupnya, yaitu kehidupan
sekolah.
Mengingat pertumbuhan, perkembangan, keadaan lingkungan
dan kesehatan anak saling berkaitan, maka agar berfungsi dengan baik, perlu
disusun program kesehatan sekolah untuk menangani berbagai hal yang dapat
mengganggu kesehatan anak didik.
Bila kita perhatikan materi yang termuat dalam dalam GBPP
Penjaskes 1994 untuk Sekolah Dasar (SD) dari kelas I s/d kelas III adalah
penanaman kebiasaan hidup sehat, yang dimulai dari pengenalan kebersihan
pribadi, kebersihan makanan dan minuman, kebersihan lingkungan, sampai mampu
melaksanakan. Pada kelas IV s/d VI mampu melaksanakan pencegahan terhadap
penyakit menular, melaksanakan program UKS, serta melaksanakan pertolongan
pertama terhadap penyakit secara sederhana.
Untuk dapat berhasil dengan baik, yaitu meningkatkan
pengetahuan anak didik, memupuk mental yang baik, meningkatkan keterampilan dan
meningkatkan perilaku sehat di kalangan anak didik, maka penyusunan program
kesehatan sekolah harus dilakukan oleh setiap sekolah dengan pedoman pada
Garis-Garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Jasamani dan Kesehatan tahun
1994, yang disesuaikan dengan keadaan, perkembangan, kebutuhan murid, dan
sarana serta prasarana pendukung yang tersedia.
Tugas seorang guru pendidikan kesehatan adalah merubah
dan meningkatkan pengetahuan, sikap mental, perilaku dan keterampilan anak
didik ke arah yang positif.
Keberhasilan tugas tersebut akan terwujud apabila guru:
1.
Memiliki
gambaran dan pengertian yang jelas dan luas tentang program kesehatan sekolah
yang akan diajarkan kepada anak didik.
2.
Menguasai
didaktik dan metodik dari setiap masalah yang akan diajarkan dan dapat
menyampaikannya dengan menarik.
3.
Memahami kebutuhan anak
didik sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
4.
Mempunyai hubungan baik
dan penuh pengertian dengan anak didik.
5.
Memiliki keyakinan
bahwa yang diajarkan adalah benar, dan selalu menjadikan dirinya sebagai contoh
teladan dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan kesehatan
dan hidup sehat.
6. Selalu
berupaya untuk menambah dan meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan,
dengan jalan belajar dan membaca, serta mengikuti kursus atau penataran yang
diadakan oleh pemerintah atau swasta.
Sebelum
mempelajari modul ini, Anda terlebih dahulu harus memahami tentang Pendidikan
Kesehatan.
Tujuan
yang akan dicapai dalam modul ini adalah:
1.
Merencanakan
Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
2.
Melaksanakan
Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
3. Mengadakan
Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
Setelah
Anda mempelajari Modul ini, diharapkan dapat mengelola Pembelajaran Pendidikan
kesehatan di Sekolah Dasar dengan benar, sesuai dengan tugas Anda sebagai guru
Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar (SD).
Bacalah
setiap pokok bahasan (Kegiatan Belajar), dengan memahami uraian dan
contoh-contoh. Bila menemukan kata sulit atau yang tidak dapat dipahami,
carilah pada daftar kata-kata sulit atau kamus.
Pengelolaan Pembelajaran
Kesehatan
Seperti kita pahami bahwa tugas utama guru adalah
mendidik dan membelajarkan siswa untuk belajar
mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi
tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum atau silabus yang berfungsi
sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Persoalan berikut adalah bagaimana melaksana kan nya di
dalam pembelajaran agar tujuan atau kompetensi yang diharapkan tercapai.
Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan
segala tindakan dan upaya yang harus guru jalankan, penataan atau pengaturan
apa yang harus guru lakukan, dan bagaimana melaksanakannya agar tujuan belajar
dan pembelajaran dapat tercapai. Dalam
proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih dan menggunakan
strategi pemebelajaran. Strategi
pembelajaran menentukan jenis interaksi di dalam proses pengelolaan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan
aktivitas belajar yang baik, mengaktifkan siswa terlibat dalam pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
A. Proses
Pembelajaran
Belajar adalah proses mental dan emosional atau
aktivitas pikiran dan perasaan. Hasil
belajar berupa tingkah laku, baik menyangkut
kognitif, afektif maupun psikomotor. Belajar terjadi di dalam interaksi
baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang merupakan sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan
ajar, startegi, media, alat, siswa dan guru.
Belajar diartikan upaya membangun pengetahuan melalui pengalaman,
aktivitas kolaborasi, refleksi dan
pemahaman terhadap hal yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan seorang guru mempunyai kewajiban membelajarkan siswa, menciptakan
situasi dan kondisi untuk memudahkan siswa belajar, dan mengemban tugas sebagai
guru dengan penuh tanggungjawab dan profesional. Dalam kenyataan yang ada,
sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran kesehatan di sekolah masih didominasi
oleh guru dalam bentuk klasikal dengan metode ceramah. Hal
tersebut kemungkinan akibat dari berbagai masalah antara lain:
1.
Guru
tidak tahu dan tidak berminat membuat program terpadu antara kegiatan tatap
muka terjadwal, latihan-latihan maupun tugas-tugas.
2. Guru
sudah membuat program terpadu, tetapi fasilitas sarana penunjang kurang memadai
atau tidak ada, misalnya: (i) Perpustakaan, (ii) Laboratorium, (iii) Ruang UKS, (iv) dan lain-lain.
3. Fasilitas
tersedia, tetapi tidak dirancang untuk menunjang kegiatan belajar – mengajar secara terpadu, artinya antara fasilitas dan
program pengajaran tidak sejalan.
Agar
tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dapat tercapai, maka perlu
diusahakan pemecahan masalah tersebut yaitu:
1.
Program
pembelajaran hendaknya berpijak pada sistem instruksional. Artinya guru dalam
merancang pengelolaan pembelajaran, sebagai berikut:
a.
Perhatian
awal akan diarahkan pada tujuan pembelajaran, terlebih dahulu guru akan
merumuskan arah yang dituju sebelum menetapkan bagaimana cara mencapai tujuan.
b.
Guru
akan mengumpulkan data dan menganalisis data yang berhubungan dengan anak didik
dengan cara tes awal, dengan tanya jawab langsung, dan sebagainya.
c.
Atas
dasar kesimpulan yang diperoleh, guru akan menjabarkan bahan pengajaran
tersebut dalam serangkaian sasaran yang sistematis.
2.
Fasilitas
sarana penunjang kegiatan akademik hendaknya dibuat sesuai dengan kebutuhan
program pembelajaran kesehatan.
3.
Memanfaatkan
fasilitas sarana penunjang akademik semaksimal mungkin.
4.
Guru
tidak harus mendominasi kelas sepenuhnya.
B.
Metode
Penyampaian Materi
Tidak
ada satu metode yang dikatakan paling baik untuk penyampaian suatu materi.
Seorang guru akan menggunakan beberapa metode dalam proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sesuai dengan tahap – tahap belajar
keterampilan, perkembangan dan pertumbuhan serta kondisi sarana dan prasarana
yang ada. Metode penyampaian materi ajar seperti berikut:
1.
Metode diskusi
Melalui metode diskusi dapat
dikembangkan keterampilan mengamati, mengklarifikasi, menyusun hipotesis,
menginterpretasikan dan menarik kesimpulan. Kegunaannya untuk mendapatkan
bahan-bahan pelajaran yang didapatkan dari tukar pendapat.
2.
Metode Tanya jawab
Melalui metode ini, dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menginterpretasikan, mengklarifikasi, menarik
kesimpulan, menerapkan dan kemampuan
berpendapat. Gunanya, agar dapat bertanya jawab langsung antara guru dan
peserta didik.
3.
Metode sosiodrama
Melalui metode sosiodrama dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menginterpretasikan, menerapkan, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Gunanya adalah agar para peserta didik agar peserta dapat
berperan sesuatu yang sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga peserta didik
akan terampil mendramatisasikan atau mengekspresikan sesuatu yang dihayatinya.
4.
Metode Pemberian Tugas
Metode ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah
disiapkan oleh guru yang bersangkutan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian tugas kepada siswa dengan
menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dibuat oleh guru sendiri.
5.
Metode karya wisata
Melalui metode ini dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menghitung, mengukur, mengklarifikasi, meneliti, dan
membuat suatu model. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan langsung suatu objek
yang kemungkinan tidak banyak didapatkan. Peserta didik juga akan mendapatkan
pengalaman secara langsung, sehingga makin tertarik kepada pelajaran yang
disajikan.
C.
Strategi
Pembelajaran
Strategi
adalah suatu pola pembelajaran dari suatu proses belajar – mengajar. Pola
pembelajaran yang biasa diterapkan adalah Cara belajar Siswa Aktif (CBSA), pola
pembelajaran ini melibatkan guru dan siswa sama-sama aktif. Pola pembelajaran
ini memiliki kelebihan – kelebihan, mengingat bahwa siswa berpotesi untuk
berpikir sendiri.
Potensi
tersebut hanya dapat diwujudkan bila mereka diberi banyak kesempatan untuk
berpikir sendiri atau membangun pengetahuannya sendiri. Oleh sebab itu, sebaiknya
tidak ada anggapan lagi bahwa seorang guru adalah seorang yang paling tahu yang
siap untuk memberikan kebijaksanaan, tetapi guru adalah:
1.
Sebagai
katalisator terjadinya proses belajar siswa.
2.
Sebagai
“siswa” yang juga secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri, sehingga
menjadi katalisator yang semakin meningkat kemampuannya.
Seorang guru dikatakan kompeten, apabila:
1.
Memiliki
wawasan yang luas tentang materi yang akan disampaikan, sehingga dapat
menyampaikannya dengan baik dan menarik.
2.
Memiliki
kriteria yang dapat digunakan untuk memilih cara – cara yang tepat dalam
penyampaian pengalaman belajar – mengajar.
3.
Memiliki
keterampilan dalam penyampaian materi.
4. Memiliki
kepribadian yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar